Di bawah sinar pagi yang lembut, ruang pertemuan Satunama di Dusun Duwet, Kabupaten Sleman, Yogyakarta menjadi saksi perjalanan inspiratif SANPUKAT mengikuti Pelatihan Mobilizing Support III yang disponsori KINDERMISSIONWERK, MISSEROR, CHANGE THE GAME ACADEMY, dan SATUNAMA. Ruangan pertemuan itu dipenuhi dengan galeri pengalaman pelatihan yang telah sukses dari berbagai penjuru, mencerminkan dedikasi Satunama dalam membangun komunitas yang inklusif. Mudah-mudahan SANPUKAT pun bisa mengawali sukses dari sini.
Dalam ruangan itu, Dwi Agustine Kumawati, dengan hangat membuka sesi pertemuan hari pertama dengan mengajak semua peserta, termasuk dari RD. Gabriel Mane dan Romi Romario dari SANPUKAT untuk memperkenalkan diri.Suasana hangat ini kemudian diperkuat oleh sambutan dari Dewi, ketua konsultan dan training Satunama, yang menggambarkan visi Satunama dalam mendorong demokrasi, inklusi sosial, serta pembangunan berkelanjutan. Sambutan ini membuat SANPUKAT dan peserta kegiatan lainnya merasa disambut dengan hangat, seperti menemukan keluarga baru dalam komunitas ini.
Setelah itu, Program Manager Change the Game Academy, Ariwan Perdana, dengan penuh semangat memperkenalkan alur kegiatan Mobilizing Support Skills. Ia memandu peserta melalui langkah-langkah dari MS Starters Course, pengembangan keterampilan, hingga coaching dan mentoring. Ariwan Perdana menutup sambutannya dengan memperlihatkan video inspiratif yang mengajak peserta kegiatan untuk melakukan perubahan dengan cara yang berbeda. “Kalau ingin dapat hasil berbeda, lakukan dengan cara berbeda,” tegasnya, mengajak peserta, termasuk perwakilan SANPUKAT, untuk berpikir di luar kotak.
Tidak berhenti di situ, Iin Satunama mengambil alih kegiatan dengan mengajak peserta bermain kartu berwarna dan merangsang visualisasi mimpi pera peserta melalui proses discovery, dream, design, define, hingga destiny. Peserta diminta untuk menggambar ilustrasi mimpi dalam lima tahun yang akan datang, yang kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok. Ketua SANPUKAT RD. Gabriel Mane berkata”Mimpi SANPUKAT adalah peserta didikdapat tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan unggul secara spiritual, emosional, intelektual,sosial, dan ekologi”.
Sesi berlanjut dengan fasilitator Yohana yang memberikan pemahaman mendalam tentang perbedaan antara disabilitas dan difabel, serta pentingnya analisis masalah dalam mencari solusi yang berkelanjutan. “analisis masalah mesti melibatkan banyak orang dan solusi yang dibuat mesti membawa manfaat bagi banyak orang” katanya. Kemudian, peserta didorong untuk menganalisis masalah dan menyajikannya secara visual. Hal ini memancing diskusi terbuka antara peserta dan fasilitator yang memunculkan berbagai perspektif mengenai bagaimana program dapat memberikan dampak yang luas dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Pelatihan Mobilizing Support III tidak hanya sekadar acara, tetapi sebuah perjalanan pembelajaran yang mendalam dan inspiratif bagi semua yang hadir. Di tengah rimbunan pohon yang menyejukkan, ide-ide segar dan semangat kolaborasi tumbuh subur. Barangkali pantuan Dewi Satunama di awal kegiatan yang berbunyi. “Buah duren, buah ternama, kamu keren, yuk belajar di Satunama,” menjadi seruan yang menggema dan menuntun SANPUKAT selama pelatihan beberapa hari ke depan.