Tak lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas. Jarak yang jauh tak mampu meredam antusiasme para guru Katolik yang datang dari berbagai sekolah di bawah naungan SANPUKAT untuk mengikuti implementasi kurikulum merdeka di aula SMPK Binawirawan pada Sabtu 31 Agustus 2024. Mereka hadir bukan hanya untuk mendengar, tapi juga untuk memahami dan merasakan perubahan yang ditawarkan oleh Kurikulum Merdeka.
Workshop Kurikulum Merdeka dibuka langsung oleh Ketua Dewan Pembina SANPUKAT RD. Buyung, O, Carm yang saat itu didampingi oleh Ketua SANPUKAT RD. Gabriel Mane. RD. Gabriel Mane berkata: “Hari ini, kita berkumpul bukan sekadar untuk memperbarui pengetahuan, tetapi untuk membuka babak baru dalam perjalanan pendidikan kita. Kurikulum Merdeka memberikan kita kesempatan untuk lebih dari sekadar mengajar materi; kurikulum ini menantang kita untuk membantu siswa memahami esensi kehidupan”. Demikianlah narasi itu mengiringi putaran jarum jam yang menunjuk pukul 09.00 WITA ketika sesi workshop dimulai.
Workshop ini adalah hasil kerjasama SANPUKAT dan Penerbit Erlangga untuk membaharui pengetahuan para guru dalam menghadapi tantangan implementasi Kurikulum Merdeka. Tantangan yang berfokus pada kompetensi dan pemahaman mendalam daripada sekadar penyelesaian materi. Tak heran Workshoop bersama para guru menghadirkan Bapak Yandri D.I. Snae sebagai pemateri.
Bapak Yandri D.I. Snae ini memaparkan langkah maju yang diambil oleh Kurikulum Merdeka, sebuah pendekatan baru dalam pendidikan Indonesia. Kurikulum Merdeka tidak sekadar mengajar untuk mengisi kepala anak-anak dengan fakta dan angka, melainkan memberi mereka alat untuk memahami dunia dan diri mereka sendiri. Kurikulum ini tidak hanya membatasi jumlah materi, tetapi juga mengutamakan esensialitas, relevansi, dan keterkaitan dengan kehidupan nyata.
Bapak Yandri D.I. Snae berceloteh “ para guru pasti tahu banyak tentang Kurikulum Merdeka, tetapi implementasi Kurikulum Merdeka di kelas hanya guru dan Tuhan yang tahu”. Rupa-rupanya Ia menyadari bahwa tak semua guru mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara total. Dalam Kurikulum Merdeka Guru dituntut untuk tidak hanya memahami capaian pembelajaran, tetapi juga merumuskan tujuan yang jelas, menyusun alur pembelajaran yang terstruktur, dan merancang kegiatan belajar yang efisien, efektif, serta bermakna bagi siswa. Proses merancang pembelajaran kini menjadi sebuah perjalanan. Bukan sekadar sampai di akhir, melainkan juga menikmati setiap langkah, jalan berliku, dan pemandangan indah di sepanjang perjalanan.
Barangkali, siang itu, puisi W.S. Rendra paling tepat menggambarkan semangat Kurikulum Merdeka: “Kenapa kita begitu pandai, menghitung-hitung derita, padahal kita begitu miskin menghayati cinta.” Kurikulum ini tidak hanya mengajarkan anak-anak untuk menghitung atau menghafal, tapi untuk merasakan, memahami, dan menghayati kehidupan. Kurikulum Merdeka menekankan bahwa mengajar bukan hanya mentransfer pengetahuan, tetapi menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan penuh warna. Dalam setiap langkahnya, materi harus disampaikan dengan cara yang mudah dipahami, asesmen diagnostik menjadi alat untuk memahami kebutuhan individu siswa, dan pembelajaran berdiferensiasi menjadi kunci untuk memastikan setiap anak mendapatkan perhatian yang layak. Seperti dalam puisi Taufik Ismail, “Belajarlah untuk memahami bahwa setiap jiwa punya cara sendiri untuk bersinar,” di sinilah kita memberi ruang bagi setiap siswa untuk bersinar dengan caranya sendiri.
“Sehingga tidak ada cerita lagi bahwa dalam ruangan kelas yang sama, doa permohonan berbeda-beda. Anak-anak berdoa supaya lonceng sekolah cepat berbunyi, sedangkan guru berdoa agar materi cepat habis”, tutur Bapak Yandri D.I. Snae dengan jenakanya sambil terus memfasilitasi para guru untuk menghayati kurikulum merdeka lewat teori dan kegiatan-kegiatan praktis.
Selain materi implementasi Kurikulum Merdeka yang dipaparkan oleh Bapak Yandri D.I. Snae, Erlangga juga memperkenalkan produk-produk yang dapat membantu mengembangkan pembelajaran di sekolah. Produk-produk Erlangga dirancang untuk mendukung guru dalam menerapkan kurikulum yang baru, memastikan bahwa proses belajar mengajar tetap interaktif dan menyenangkan. Kira-kira begitulah inti sari dari materi Erlangga yang berlangsung dari pukul 13.30 – 13.45 WITA. Namun itu adalah lima belas menit yang berarti bagi guru dan pendidikan.
Pukul 14.00 WITA, pelatihan ditutup. Wajah-wajah para guru terlihat lelah, namun semangat mereka tetap menyala. Di ruangan yang mungkin sudah menua, semangat belajar dan mengajar para guru tetap muda, bahkan semakin tumbuh subur. (Christian Romario)
Dunia pengetahuan memang sudah terbuka, dan PMM adalah dunianya para guru. Pertanyaannya: apakah setelah tahu banyak hal dan kita memberikan banyak waktu untuk menginternalisasikan dalam diri, kita mampu melahirkan suatu “ramuan” baru yg sesuai dengan kebutuhan Peserta Didik yg dipercayakan kepada kita? Inilah implementasi kurikulum merdeka yg sesungguhnya. “Barang siapa yg bekerja lebih dari yg dibayar, suatu ketika akan dibayar lebih dari yg dia kerjakan” (kata orang bijak).