Maumere, Berita SANPUKAT- Tutor SANPUKAT untuk kegiatan Kindermission Maria Esthakia melangsungkan diskusi mengenai jenis-jenis kekerasan pada anak bersama dengan belasan peserta didik di SDK NARA, Sabtu (21/01/2023) sore.
Menurut tutor SANPUKAT Maria Esthakia, kekerasan pada anak merupakan bahan diskusi yang sangat aktual. Diskusi tentang kekerasan pada anak menambah pengetahuan anak-anak dan memotivasi anak-anak untuk mawas diri terhadap berbagai jenis kekerasan seperti kekerasan fisik, emosional, dan seksual.
“Kegiatan ini dibuat untuk membantu anak-anak agar memahami berbagai kekerasan yang dapat menimpanya yakni kekerasan fisik seperti mencubit, memukul, dan menendang. Kekerasan emosional seperti meremehkan, mempermalukan, dan merendahkan yang dapat merusak mentalitas anak-anak. Dan kekerasan seksual yang disebabkan oleh kelalaian orang tua seperti tidak mengontrol penggunaan hp pada anak sehingga mengakibatkan anak-anak dapat mengakses video atau foto pornografi”. Ujar Maria Esthakia yang juga bertugas sebagai pendidik di SDK NARA. “saya berharap dengan adanya diskusi ini kekerasan terhadap anak-anak dapat dihilangkan karena bagaimanapun anak-anak mesti mendapatkan haknya untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang serta dilindungi dari tindak kekerasan sebagaimana termuat dalam UU Nomor 23 tahun 2022”. Sambungnya di sela-sela kegiatan.
Dalam kesempatan yang sama, peserta didik SDK NARA yang terlibat dalam diskusi ini Martinus Elovan Chiko Novembris dan Elisabeth Elsta menyatakan bahwa kegiatan ini membuatnya mengerti akan berbagai kekerasan yang didapat anak-anak dari lingkungan termasuk mengakui kekerasan-kekerasan yang pernah dialaminya.
“Pada sore ini saya dapat mengetahui banyak sekali bentuk kekerasan terhadap anak seperti kekerasan fisik dan emosional. Saya sendiri mengalaminya seperti dipukul ketika saya tidak mengikuti perintah orang tua”. Ungkap Martinus Elovan Chiko Novembris. “saya juga pernah dihina oleh teman-teman. Mereka bilang saya gemuk seperti gentong”. Tambah Elisabeth Elsta.
Kegiatan ini berlangsung di luar ruangan dan dihadiri oleh 16 orang anak. Seperti biasanya, anak-anak dibagi dalam kelompok untuk mendiskusikan berbagai jenis kekerasan yang diketahuinya, kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dalam kesempatan itu, ada anak yang menceritakan kekerasan yang dialaminya di tengah lingkungan. (Cr).