Di tengah hiruk-pikuk Kota Maumere, di sebuah sudut yang dikelilingi pertokoan dan berada di pinggir jalan, sebuah cahaya kecil menyala di SDK Maumere 1. Cahaya itu bukan sekadar lampu penerangan, melainkan cahaya harapan bagi anak-anak SDK Maumere 1 yang tengah menapaki perjalanan dalam dunia literasi lewat Program Child Protection for Children at Elementary School in Maumere yang diselenggarakan oleh SANPUKAT dan KINDERMISSIONWERK-Jerman. Program ini adalah wujud kasih yang nyata,bagi sesama, terutama bagi anak-anak.
Program perlindungan anak telah berlangsung di SDK Maumere sejak juli 2024. Dan pada Kamis, 6 Februari 2025, menjadi titik lanjutan perjalanan program perlindungan anak. Anak-anak berkumpul di ruangan kelas dengan difasilitasi tutor Anastasia Emelindis. Mata mereka berbinar saat tutor memperkenalkan kata-kata sederhana seperti kaki, sapu, meja, kaca, bola. Ini memang momen kecil, namun bagi mereka, ini adalah pijakan pertama menuju dunia yang lebih luas. Tak heran Raiya, salah satu peserta, dengan wajah berseri berkata, “Saya merasa senang mengikuti kegiatan ini karena dapat memudahkan saya membaca.” Sementara itu, Consita menambahkan, “Les ini sangat membantu saya membaca kata-kata sederhana.” Kata-kata mereka menjadi bukti bahwa belajar bukanlah beban, melainkan perjalanan yang mengasyikkan. Perjalanan ini pun terus berlanjut di hari-hari selanjutnya dengan senyum dan celoteh mereka.

Pada hari berikutnya, Jumat, 7 Februari 2025, suasana SDK Maumere 1 berubah menjadi arena petualangan kata. Tutor membawa kartu-kartu kata, menyebarkannya ke berbagai ruangan, dan mengajak anak-anak berburu kata. Mereka berlari kecil mencari kartu yang disebutkan, menyusunnya menjadi kata bermakna, lalu membaca dengan penuh percaya diri. Saat dua suku kata mulai digabungkan, anak-anak belajar lebih dari sekadar mengeja; mereka memahami makna di balik setiap kata yang diucapkan. Mereka mulai menciptakan pemahaman baru tentang dunia melalui kata-kata yang mereka ucapkan.
Namun,seiring bertambahnya pemahaman, tantangan pun meningkat dan mendorong mereka untuk melangkah lebih jauh. Pada Kamis, 13 Februari 2025, anak-anak mulai membaca kata-kata yang lebih kompleks dan memahami perbedaan antara huruf vokal dan konsonan. Metode belajar yang digunakan bukanlah hafalan kaku, tetapi permainan interaktif yaang mana anak-anak membentuk lingkaran, menyusun kartu kata, menyanyikan lagu, dan menyusun kalimat sederhana dari kata-kata yang mereka dapatkan. Dalam permainan ini, setiap tawa, setiap yel-yel yang diteriakkan bersama menjadi bukti bahwa belajar dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan. Disitulah tawa anak-anak mendekati bayang-bayang pemikiran Paulo Freire bahwa pendidikan sejati bukan tentang menjejalkan pengetahuan, tetapi tentang membebaskan pikiran. Tawa dan kebebasan pikiran ini pun masih terasa di hari berikutnya.
Pada Jumat, 14 Februari 2025, anak-anak melangkah lebih jauh. Mereka kini mampu menyusun kalimat sederhana melalui permainan peran. Beberapa anak yang sudah lancar membaca kini menjadi pemandu, sementara mereka yang belum lancar membaca masih berjuang menjadi penjelajah. Dengan bimbingan anak yang sudah lancar, penjelajah melompat dari satu kata ke kata lain, menyusunnya menjadi kalimat bermakna, lalu membacanya dengan suara lantang. Hal ini pula yang mendorong Fortun, seorang peserta, berbagi pengalaman, “Les ini sangat membantu saya membaca kata-kata sederhana.” Lalu, Kita pun menjadi sadar bahwa setiap anak diberikan potensi yang unik, dan tugas kita adalah membantu mereka mengembangkannya agar berbuah bagi diri mereka sendiri dan sesamanya.
Tugas ini berlanjut pada Selasa, 18 Februari 2025 ketika perjalanan literasi anak-anak mencapai titik yang lebih mendalam. Mereka kini tidak hanya membaca kata, tetapi juga memahami isi dari sebuah paragraf pendek. Mereka membaca, lalu menceritakan kembali dengan bahasa mereka sendiri. Beberapa anak bahkan menggambar bunga atau rumah, lalu mengubah gambar tersebut menjadi cerita kecil yang penuh makna. Hal tersebut membuat Tutor Anastasia Emelindis tersenyum dan berkata, “Saya sangat bahagia dalam kegiatan ini, karena bisa membantu anak-anak memahami inti cerita dan menceritakannya kembali dengan bahasa mereka sendiri.”

Kemudian, pada Kamis, 20 -22Februari 2025, anak-anak membaca cerita pendek dan memahami paragraf. Mereka menulis cerita sendiri, memainkan permainan lingkaran dengan kartu kata, dan mengubah setiap kata menjadi bagian dari kisah mereka. Karena itu, Consta berkata, “Saya merasa senang mengikuti les ini karena bisa belajar bersama teman-teman,”. Kata-kata ini menggambarkan bahwa pembelajaran bukan hanya tentang mengenal aksara, tetapi juga tentang membangun kebersamaan dan keberanian berekspresi. Tak heran Anastasia Emelindis menutup kegiatan ini dengan penuh kebahagiaan, “Saya merasa bahagia dalam kegiatan ini, karena bisa membantu anak-anak memahami cerita dari sebuah paragraf pendek dan menceritakannya kembali.” Jadi, literasi bukan hanya tentang aksara, melaikan juga cahaya yang menerangi masa depan anak-anak, memberi mereka kekuatan untuk bermimpi, belajar, dan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Seperti yang diajarkan dalam Amsal 22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang darinya.” (Storytelling: Romi Romario / Activity report dan Foto: Anastasia Emelindis)