Pada pagi yang cerah tanggal 16 September 2024, aula Pusat Pastoral Keuskupan Maumere (PUSPAS) terasa hidup dengan semangat dan antusiasme para tutor KINDERMISSIONWERK. Para tutor ini datang dari sekolah-sekolah Katolik di bawah naungan SANPUKAT yakni SDK Maumere 1, SDK Maumere II, SDK Maumere III, SDK Maumere IV, SDK Habi, SDK Higetegera, SDK Nangalimang, SDK Nangarasong, dan SDK Woloone. Mereka menanti dibukanya kegiatan evaluasi dan pelatihan literasi batch II bersama dengan SMIPA DISADA Bandung dari tanggal 16 September – 21 September 2024. Pelatihan ini merupakan bagian dari agenda program EMPOWERING THE FUTURE GENERATION OF THE DIOCESE OF MAUMERE THROUGH LITERACY TRAINING AND CHILDREN’S INTERPERSONAL SKILLS AS AN EFFORT TO PROTECT CHILDERN’S RIGHTS IN THE DIOCESE OF MAUMERE, FLORES yang dirajut oleh SANPUKAT bersama dengan KINDERMISSIONWERK-Jerman.
Penantian para tutor terpenuhi tatkala management program Yunianto Beni Bisa memulai kegiatan dengan gaya ceria. Ia menyambut para tutor dan Tim Smipa Disada dalam ruangan kegiatan yang dilabur kuning. Kemudian Direktur program RD. Gabriel Mane, dengan nada penuh semangat dan inspirasi, membuka kegiatan seraya mengingatkan semua peserta bahwa pelatihan ini bukan sekadar rutinitas: “Ini adalah kesempatan untuk menjadi guru dan tutor yang lebih baik bagi anak-anak. Ini bukan formalitas tetapi sebuah fase penting dalam perjalanan tutor yang memberikan fondasi kuat bagi pengembangan profesionalisme dan kompetensi.”, tutur RD. Gabriel Mane
Semangat tersebut segera diikuti oleh fasilitator SMIPA DISADA Lyn Kuwandi, Meita Situmorang, dan Maria Jeanindya memimpin sesi dengan penuh energi. Mereka membimbing para tutor mengingat penilaian holistik yang mencakup kreativitas, nalar, nurani, karakter, dan fisik. Hal ini mendapat respons dari para tutor. Salah satunya Ibu Sisilia Stefani Cilesen, tutor dan guru SDK Habi, yang berbagi pandangannya tentang pendidikan holistik dengan penuh kebijaksanaan, “Saya mengajarkan kepada anak-anak kindermissionwerk bahwa kita harus selalu berbuat baik kepada orang lain.” Sementara itu, Ibu Agnes menceritakan dengan penuh semangat, “Anak-anak saya ceria. Saya selalu berusaha menjaga semangat mereka dengan menyediakan alat peraga.”
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Para tutor juga menceritakan tantangan kegiatan berupa ketidakhadiran peserta didik. Seperti Ibu Lusia Risdayanti yang mengungkapkan tantangan yang dihadapinya, “Awalnya banyak anak datang, tetapi jumlahnya berkurang seiring waktu.” Hal ini memicu diskusi intensif di antara para tutor bersama dengan SMIPA DISADA . Mereka mulai berdialog dan saling bertukar pendapat, berfokus pada upaya menemukan akar masalah dalam pelaksanaan kegiatan serta mencari solusi untuk mengatasi hambatan yang ada agar kegiatan tetap menarik dan anak-anak terus berpartisipasi secara konsisten.
Memasuki hari kedua, 17 September 2024, suasana di aula Sanpukat kembali dipenuhi semangat baru. Setelah mendapat sambutan dari Sekretaris Yayasan, RD. Donis Goa, yang membangkitkan motivasi, sesi dilanjutkan dengan ice breaking yang dipimpin oleh Ibu Lusia Lisdayanti. Interaksi aktif antara para tutor menambah kehangatan suasana, menciptakan momentum untuk melanjutkan diskusi dan pemecahan masalah dari hari sebelumnya.
Momentum ini berlanjut ke sesi berikutnya yang berfokus pada analisis kemampuan membaca, menulis, dan kehadiran anak-anak. Para tutor menemukan peningkatan literasi dalam diri anak-anak dengan beragam level usai mengisi template analisis yang dibagikan oleh Tim SMIPA DISADA. Tak hanya itu, keterampilan intra personal anak-anak pun turut berkembang. Akan tetapi para tutor tidak memungkiri bahwa di tengah kemajuan baik, ketidakhadiran peserta didik menjadi tantangan tersendiri yang mesti dianalisis. Fasilitator SMIPA DISADA Maria Jeanindya , dengan nada reflektif, mengingatkan pentingnya memahami alasan di balik ketidakhadiran anak-anak. “Faktor yang perlu kita analisis adalah ketidakhadiran anak-anak,” ujarnya, membimbing para tutor untuk menganalisis masalah ini dengan bijaksana. Diskusi yang berkembang pun mengarahkan mereka pada empat faktor utama yang menjadi penyebab: waktu yang tidak tepat, pengalaman buruk sebelumnya, jarak yang jauh, dan kegiatan yang kurang menarik.
Kegiatan hari kedua berakhir dengan monitoring di SDK Maumere I dan SDK Higetegera. Fasilitator SMIPA DISADA bersama Tim SANPUKAT bergerak ke lapangan untuk melihat secara langsung implementasi program. Pengamatan ini memberikan kesempatan berharga bagi semua pihak untuk melihat kekuatan dan kelemahan program, sekaligus menawarkan wawasan tentang langkah-langkah perbaikan yang diperlukan agar program ke depan dapat berjalan lebih baik.
Semangat yang telah terbangun pada hari kedua pun terus berlanjut di hari ketiga, 18 September 2024, Kali ini aula KCH menjadi saksi semangat yang tak pudar. Fasilitator SMIPA DISADA Lyn Kuwandi, Meita Situmorang, dan Maria Jeanindya kembali memfasilitasi sesi kegiatan. Maria Jeanindya memberikan flashback tentang pentingnya penjelasan sederhana dan visualisasi dalam mengajar. ”Penjelasan yang sederhana dan menggunakan visualisasi sangat penting dalam mengajar,” ujar Jeanindya. “Ketika konsep disampaikan dengan cara yang mudah dipahami dan didukung oleh gambar atau ilustrasi, anak-anak lebih cepat menangkap dan mengingat materi yang kita sampaikan”, lanjutnya. Sementara itu, Lyn Kuwandi menambahkan bahwa salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam kegiatan adalah melibatkan peserta. “Melibatkan peserta dalam kegiatan adalah kunci keberhasilan,” ujar Lyn kuwandi. Selanjutnya Maria Jeanindya memaparkan hasil observasi di SDK Maumere I dan Higetegera melalui video monitoring. Para tutor melihat ekspresi anak-anak dan membandingkannya dengan kegiatan yang dilakukan. Tak lupa pula Fasilitator SMIPA DISADA Maria Jeanindya mengapresiasi antusiasme dan keterlibatan anak-anak yang penuh semangat.
Meita Situmorang dan Lyn kuwandi menyimpulkan pelatihan dengan memberikan penguatan kepada para tutor, mendorong mereka untuk lebih optimal dalam mempersiapkan kegiatan. “Kami berharap kalian bisa lebih optimal dalam mempersiapkan kegiatan ke depannya, agar hasilnya semakin maksimal dan berdampak positif bagi anak-anak”, ujar Meita Situmorang. Kegiatan hari ketiga diakhiri dengan monitoring di SDK Maumere III dan SDK Nangalimang oleh Tim SANPUKAT dan SMIPA DISADA. Dan ini adalah perjalanan yang penuh makna, yang membangun fondasi kuat untuk masa depan pendidikan anak-anak. (Christian Romario)