SANPUKAT KEUSKUPAN MAUMERE
Menu
  • Beranda
  • Berita
  • Blog
    • Humaniora
    • Renungan
    • Storytelling
  • Mitra
    • Kindermissionwerk
  • Galery
  • Disclaimer
  • About
Menu

ILUSI ALLAH DIHADAPAN BAPA KAMI YANG ADA DI SORGA

Posted on 15 Juli 2024 by Sanpukatadmin

Agama memang memiliki baris kata yang tak banyak. Namun, agama memiliki pengaruh yang tak terbilang banyaknya. Sepanjang masa dari waktu ke waktu, ada-ada saja kejadian atas nama agama. Agama telah menginspirasi kehidupan banyak orang. Bahkan, para ateis yang katanya tidak mengakui Tuhan sekalipun banyak menulis tentang agama. Agama memiliki pengaruh karena padanya hidup sebuah ‘nama sementara dari yang tak-sementara’ yakni Tuhan. Secara kreatif, Amir Hamzah membahasakan-Nya lewat sajak berikut:

Suka bersalinkan ratap

Kasih beralih cinta

Cinta pembawa wasangka

Junjunganku  apatah kekal

Apatah tetap

Apatah tak bersalin rupa

Apatah baka sepanjang masa..

Hal demikian tidak ditemukan pada Sigmund Freud. Sigmund Freud sangat pandai dalam psikoanalisa. Psikoanalisa menjadi kekuatan bagi Sigmund Freud untuk mengkritik eksistensi agama. Dalam bukunya The Future and Ilusion, Sigmund Freud memandang agama hanyalah sebuah ilusi. Sigmund Freud memiliki pandangan yang berseberangan dengan Descartes yang mengutamakan kesadaran sebagai struktur dasar manusia lewat semboyan cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Sebaliknya, Sigmund Freud melihat struktur terbesar kehidupan manusia adalah ketak-sadaran. Ketak-sadaran membuat manusia berilusi tentang sesuatu yang diyakininya. Akibatnya bahwa keyakinan yang dibayangkan manusia tidak memiliki hubungan dengan realitas yang dapat diverifikasi atau dibuktikan. Atas dasar itu, maka Sigmund Freud menyebut Tuhan sebagai ilusi yang dibuat oleh manusia karena keberadaan Tuhan tidak dapat diverifikasi atau dibuktikan. Manusia berilusi tentang Tuhan ketika berhadapan dengan penderitaan dan tekanan-tekanan dalam hidup. Manusia memperoyeksikan ketak-sadaran kepada Tuhan yang dianggapnya sebagai bapa maha kuasa yang dapat membebaskannya dari penderitaan dan tekanan hidup. Pada saat itu, manusia memasuki kerinduan infantil yakni kerinduan seorang anak kecil pada sosok bapa yang dapat menyelamatkannya.

Kritik Freud terhadap agama tentu saja dipengaruhi oleh aliran positivisme yang berkembang saat itu. Aliran positivisme percaya bahwa sesuatu dikatakan benar kalau dapat dibuktikan lewat penemuan, pengamatan, dan percobaan. Akibatnya bahwa Sigmund Freud lebih memandang Allah  sebagai kerinduan infantil (anak-anak)  akan sosok bapa  yang dapat membebaskan manusia dari penderitaan. Sigmund Freud melihat Tuhan sebagai ilusi karena keberadaan Tuhan dikaitkan dengan ego narsistik yang mana ketika berhadapan dengan penderitaan dan tekanan hidup, perkembangan psikis manusia beralih dari tahap dewasa  ke tahap infantil. Kemudian, ketak-sadaran manusia menciptakan Tuhan dalam gambaran seorang Bapa yang dapat memberikan pertolongan kepada manusia di tengah persoalan hidupnya.

Dalam konteks ini, Ilusi tentang Tuhan sebagai bapa yang diartikan oleh Freud sudah semestinya dipertemukan dengan sosok Tuhan sebagai Bapa dalam ajaran Yesus dari Nazareth. Doa ‘Bapa kami yang diajarkan Yesus boleh dikatakan sebagai antagonisme terhadap sosok Tuhan sebagai bapa dalam psikoanalisis Sigmund Freud. Dalam doa’ Bapa kami’, Yesus mengatakan : Bapa kami yang ada di sorga/dikuduskanlah nama-Mu/datanglah kerajaan-Mu/. Yesus menyapa Allah sebagai figur eskatologis yang berbelas kasih. Tuhan sebagai Bapa tidak timbul dari kerinduan infantil sebagaimana dimaksudkan oleh Freud, tetapi muncul dari suatu perjalan sejarah yang panjang, Berawal dari penggelaran simbolis Yahwe menjadi Bapa, pernyataan dari Allah sendiri, hingga sapaan langsung terhadap Tuhan sebagai Bapa oleh Yesus Kristus. Yesus berbicara tentang Tuhan sebagai bapa yang bersolider dengan penderitaan manusia. Namun solidaritas Allah terhadap manusia tidak menghilangkan tanggungjawab manusia terhadap suka dan duka hidup yang dilaluinya. St. Fransiskus Xaverius membahasakannya dalam doa berikut: “Tuhan aku mengasihi Engkau/ Mengasihi bukan untuk diselamatkan olehmu.

Meskipun demikian, kritikan Sigmund Freud atas agama adalah juga kritikan untuk kita. Terkadang orang menjumpai Allah hanya ketika ada masalah atau penderitaan. Alih-alih beriman kepada Allah, orang hanya menunjukkan kerinduan infantil akan sosok bapa yang dapat membebaskannya dari tekanan hidup. Berdoa kepada Allah hanya ketika ada masalah bisa jadi berdoa bukan karena iman, melainkan karena mekanisme psikis belaka. Beriman dan beragama yang sejati berarti mengasihi Tuhan dalam suka dan duka dan dalam untung dan malang. (Christian Romario)

Category: Humaniora

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • 2025
  • 2024
  • 2023
  • 2022

BERAGAM INFORMASI SANPUKAT

PENDIDIKAN SEBAGAI ARENA MEMORIA PASSIONIS
Humaniora

PENDIDIKAN SEBAGAI ARENA MEMORIA PASSIONIS

Penderitaan Sebagai Pembebasan Yang Terlupakan Emansipasi sering datang sebagai sejarah kebebasan yang total dan tanpa kompromi. Emansipasi yang demikian ditemukan ...
Baca Selanjutnya
20 Mei 2025 / Sanpukatadmin
Humaniora

MEMOTONG GAJI GURU BERSERTIKASI. FAIR KAH ??

Sekolah selalu mengajarkan anak-anak untuk bersikap adil. Tapi tak selamanya sekolah mempraktekkan keadilan. Ketidakadilan di ...
Baca Selanjutnya
17 Mei 2025 / Sanpukatadmin
BeritaKindermissionwerk

PERLINDUNGAN ANAK BUKAN BASA-BASI. SANPUKAT MATANGKAN KAMPANYE PERLINDUNGAN ANAK 2025

Maumere, Berita SANPUKAT — Sejumlah tutor dari Child protection program for children at elementary schools ...
Baca Selanjutnya
4 Mei 2025 / Sanpukatadmin

IKUTI PERLINDUNGAN ANAK KINDERMISSIONWERK

PERLINDUNGAN ANAK BUKAN BASA-BASI. SANPUKAT MATANGKAN KAMPANYE PERLINDUNGAN ANAK 2025
BeritaKindermissionwerk

PERLINDUNGAN ANAK BUKAN BASA-BASI. SANPUKAT MATANGKAN KAMPANYE PERLINDUNGAN ANAK 2025

Maumere, Berita SANPUKAT — Sejumlah tutor dari Child protection program for children at elementary schools in Maumere, Flores / Indonesia ...
Baca Selanjutnya
4 Mei 2025 / Sanpukatadmin
BeritaKindermissionwerk

UBAH PERMAINAN SANPUKAT BERSAMA MITRA MISSEREOR DAN KINDERMISSIONWERK-JERMAN

Langit senja di Tambolaka pada Minggu 16 Maret 2025 menyambut kedatangan Tim SANPUKAT dengan udara ...
Baca Selanjutnya
27 Maret 2025 / Sanpukatadmin

RASA NYAMAN BERSAMA RENUNGAN SANPUKAT

Renungan

KERJA TANPA HENTI SEPERTI SYSYPHUS

Renungan Sabtu, 8 Februari 2024 BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani 13:15-17.20-21, MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 23:1.3a.4b.5.6, BACAAN INJIL: ...
Baca Selanjutnya
Renungan

ANDALKAN ALLAH, BUKAN ANDALKAN HARTA BENDA

Renungan harian Kamis, 6 Februari 2024 Bacaan I – Ibr.12:18-19,21-24, Mzm. 48: 2-3a,3b-4,9,10,11 Bacaan Injil – Mrk. 6:7-13 “jangan membawa ...
Baca Selanjutnya
Renungan

GERASA ANTARA MEMILIH YESUS ATAU MEMILIH BABI-BABI

Senin, 03 Februari 2025Hari Biasa Pekan IV, Peringatan Fakultatif St. Blasius, Uskup dan Martir Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani ...
Baca Selanjutnya

IKUTI GALERY SANPUKAT

TERIMA KASIH YANG TULUS KEPADA BPK. ANDREAS HUGO PARERA
Galery

TERIMA KASIH YANG TULUS KEPADA BPK. ANDREAS HUGO PARERA

Perjalanan panjang Yayasan Persekolahan Umat Katolik (SANPUKAT) dalam melanjutkan warisan misi pendidikan Katolik lewat sekolah-sekolah di bawah naungannya tidak hanya ...
Baca Selanjutnya
pelatihanhari ke V sanpukat dan smipa disada
Galery

GALERY PELATIHAN HARI KE V SANPUKAT BERSAMA DENGAN SMIPA DISADA

Pelatihan hari ke V Smipa Disada bersama guru dan tutor SANPUKAT berfokus pada presentasi modul literasi, Sabtu (16/12/2023) ...
Baca Selanjutnya
pelatihan hari keempat guru dan tutor SANPUKAT bersama SMIPA DISADA
Galery

GALERY PELATIHAN HARI KEEMPAT GURU DAN TUTOR SANPUKAT BERSAMA SMIPA DISADA

Guru dan tutor SANPUKAT mengikuti pelatihan hari keempat yang dibawakan oleh SMIPA DISADA (jumad, 15/12/2023) ...
Baca Selanjutnya
© 2025 sanpukatmaumere | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme