Maumere, Berita SANPUKAT- Diskusi kelompok kembali diselenggarakan oleh peserta didik SDK Nara. Di bawah panduan Tutor SANPUKAT untuk kegiatan KINDERMISSION Maria Esthakia, para peserta berkumpul untuk membicarakan tema tentang jenis-jenis kekerasan fisik dan verbal terhadap anak-anak di desa Nara, Selasa (24/01/2023) sore.
Tutor SANPUKAT menyampaikan bahwa diskusi ini membawa peserta pada kesimpulan bersama bahwa kekerasan pada anak merupakan hal negatif yang mesti dilawan. Namun ada juga sisi postif bagi korban kekerasan seperti korban bully yakni mendorongnya untuk menjadi lebih kuat menghadapi kehidupan.
“Dalam diskusi tentang kekerasan terhadap anak, anak-anak lebih berfokus pada bentuk kekerasan bully sebab hal itulah yang sering dialami oleh anak-anak. Sewaktu diskusi, kami menemukan ada dua hal yang dialami anak-anak ketika dibully. Pertama, bully merupakan tindakan negatif karena tidak menghargai sesama. Kedua, bully, secara tidak langsung, menguatkan anak-anak yang mengalaminya. Anak-anak yang terkena bully cenderung lebih tegar dan dewasa. Korban bully tidak membalas perbuatan pelaku tetapi lebih pada memotivasi diri sendiri untuk memperlihatkan potensinya sehingga tidak lagi direndahkan oleh teman-temannya”, Ujar salah seorang pendidik di SDK Nara tersebut.
Maria Esthakia berharap bahwa diskusi ini dapat mendorong anak-anak untuk lebih menghargai orang lain dengan tidak membully sesamanya. Sementara itu, anak-anak yang pernah dibully dapat terdorong untuk menjadi lebih kuat, bangkit dari keadaanya, dan menunjukkan potensinya kepada orang lain.
“Saya berharap setelah diskusi ini anak-anak menjadi sadar bahwa bully merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap anak-anak yang tidak boleh dilakukan. Anak-anak mesti terdorong untuk lebih menghargai terman-temannya. Walaupun bully, di satu sisi, dapat membangkitkan potensi korban untuk menjadi lebih baik, tetapi di sisi lain, pelaku pembullyan itu sendiri sedang melakukan tindakan negatif yang bertentangan dengan ajaran agama dan norma di masyarakat. Karena itu, saya berharap anak-anak tidak lagi saling membully di antara mereka”, tegasnya di akhir kegiatan.
Pada kesempatan yang sama, peserta didik SDK NARA Regina Acel Delanijeong menyatakan bahwa diskusi ini sejalan dengan pengalamannya. Ia dibully tapi tidak pernah membalasnya. Sebaliknya bully dijadikan batu loncatan untuk menjadi lebih baik.
“Diskusi kali ini sangat sesuai dengan kehidupan nyata saya. Saya biasa dibully oleh teman-teman di kelas. Mereka bilang saya bodoh. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya merasa disakiti. Namun saya tetap memotivasi diri dengan perkataan mereka untuk lebih tekun belajar dan pelan-pelan saya mulai bisa membaca dan berhitung”, ungkapnya.
Diskusi yang melibatkan belasan anak tersebut tidak terjadi di sekolah, tetapi di rumah penduduk karena adanya angin besar saat itu. Walaupun begitu, para peserta melangsungkan kegiatan dengan lancar. Para peserta sangat terbuka untuk menceritakan pengalamannya hingga waktu kegiatan yang berdurasi satu setengah jam pun terlewatkan. (Cr).