Jumad, 31 Januari 2025- Peringatan wajib St. Yohanes Bosco, Imam
Bacaan Pertama: Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani 10:32-39, Mazmur 37:3-4.5-6.23-24.39-40, Bacaan Injil: Markus 4:26-34
“Kerajaan Surga seumpama orang yang menabur benih. Benih itu tumbuh, namun orang itu tidak tahu.”
Saudara-saudari terkasih,
Dalam dunia yang bergerak begitu cepat, kita sering kali ingin melihat hasil dari usaha kita seketika. Kita menginginkan keberhasilan dalam studi, karier, bahkan kehidupan spiritual kita dengan cepat dan segera, seolah-olah semuanya harus berbuah dalam sekejap. Contohnya : mendesak SANPUKAT untuk cepat-cepat melepaskan status sekolah naungan demi penegerian sekolah, bermain judi online untuk mendapatkan kekayaan secara cepat, menyontek dan membayar orang lain untuk mengerjakan tugas atau skripsi demi mendapat gelar dengan cepat, menikah cepat demi status sosial tanpa kesiapan emosional, berutang dan pinjaman online untuk gaya-gayaan agar terlihat punya banyak uang, dan lain sebagainya.
Fenomena-fenomena ini dipengaruhi oleh ilusi zaman modern yang memandang kesuksesan atau keberhasilan sebagi suatu hal yang harus diraih dengan cepat, seakan-akan ada jalan cepat menuju kebahagiaan. Dunia modern mendikte manusia dengan fantasi keberhasilan instan dan cepat. Akibatnya, ketika kita menghadapi keterlambatan atau kegagalan, kita merasa putus asa dan kecewa yang berlarut-larut, seolah-olah kita tidak cukup baik atau tidak cukup layak. Namun, apakah ini sungguh jalan yang dikehendaki Tuhan bagi kita?
Yesus, dalam ajaran-Nya, tidak pernah mengajarkan kesuksesan instan. Sebaliknya, Ia berbicara tentang benih yang bertumbuh perlahan, melalui proses yang tidak sepenuhnya dapat kita kendalikan. Seperti dalam perumpamaan tentang benih yang tumbuh sendiri (Mrk 4:26-29), Yesus mengajarkan bahwa ada hal-hal dalam hidup yang hanya dapat berkembang dalam waktu dan cara yang ditentukan oleh Allah. Ibarat benih yang bertumbuh dalam tanah, segala usaha, impian, cita-cita, dan perjuangan kita pun membutuhkan waktu untuk berkembang. Karena itu, kita diajak untuk percaya bahwa Allah selalu bekerja, bahkan ketika kita tidak dapat melihat hasilnya secara langsung dan cepat.

Saudara-saudari yang terkasih
Selain pertumbuhan yang membutuhkan waktu untuk berkembang, perumpamaan benih mengajarkan juga kepada kita tentang bagaimana sesuatu yang kecil dapat menjadi besar di waktu Tuhan. Dalam perumpamaan tentang biji sesawi (Mrk 4:30-32), Yesus menunjukkan bahwa awal yang tampaknya kecil dan tidak berarti dapat menjadi sesuatu yang luar biasa. Begitu pula hidup dan perjuangan kita kerap kali dimulai dari hal-hal kecil dan dibentuk perlahan dengan tekun hingga akhirnya menjadi sesuatu yang besar dalam rencana Tuhan tanpa kita sadari
Maka, kita dipanggil untuk percaya pada proses yang Tuhan rancangkan. Kita diajak untuk bekerja tanpa menuntut hasil seketika, untuk berusaha dengan tekun tanpa kehilangan harapan, dan untuk percaya bahwa Allah tidak pernah berhenti berkarya dalam diri kita. Kita diajak untuk tetap setia dalam iman, meskipun kita belum melihat buahnya sekarang ataupun melihat hasilnya dengan cepat dan seketika
Saudara-saudari terkasih
Marilah kita belajar dari para petani yang dengan sabar menanti panen. Mereka tidak meragukan bahwa benih yang ditanam akan tumbuh, meskipun mereka tidak selalu mengerti bagaimana prosesnya berlangsung. Jangan takut dengan awal yang kecil. Jangan putus asa dalam proses yang panjang. Percayalah bahwa Allah selalu setia. Kerajaan-Nya bertumbuh dalam cara yang tidak selalu dapat kita pahami, tetapi selalu dalam kasih dan rencana-Nya yang sempurna.
Amin.
Renungan yg bermartabat,fenomena instan dan cepat seolah menjadi gaya hidup di era modern saat ini,benih” sabda Tuhan yg ditebaran melalui renungan ini moga mampu menyeimbangkan fantasi duniawi dan rohani ,jika tdk maka seutas tali uk menjerat leher sndiri menjadi solusi uk mengakhiri keputusasaan dan kekecewaan,tks🙏🙏