Pagi yang cerah mengiringi perjalanan Staf SANPUKAT Romi Romario dan Dua staf dari Kristo Re, Bapak Viktor Adrianus Sareng dan Bapak Ignatius Iryanto membagikan alat tulis Sekolah (ATS) kepada para peserta didik di SDK Kewapante, SDK Geliting, dan SDK Nangahaledoi. Udara segar pagi itu menyertai semangat mereka untuk berbagi.
Tujuan pertama mereka adalah SDK Kewapante, sekolah dasar yang terletak di pinggiran jalan yang ramai, tidak jauh dari Gereja Reinha Rosario Kewapante. Ketika Tim Sanpukat dan Cristo Re tiba di sana, suasana sekolah tampak hidup. Dari kejauhan, anak-anak tampak asyik belajar di kelas. Pensil mereka bergerak di atas kertas, mencatat setiap kata yang disampaikan guru. Gemerisik buku dan kertas pun menyatu dengan angin sepoi-sepoi yang menggoyangkan dedaunan pohon yang berdiri kokoh di halaman sekolah.
Dengan tenang, Tim SANPUKAT dan Cristo re berjalan memasuki halaman. Mata mereka memerhatikan sekeliling hingga terhenti di depan kantor kepala sekolah, tempat mereka diterima dengan senyuman hangat. Kepala sekolah SDK Kewapante, dengan ramah, menyuguhi minuman kepada Tim SANPUKAT dan Cristo Re sambil para guru menyiapkan sarana untuk acara pembagian alat tulis sekolah (ATS).
Ketika semuanya sudah siap, Tim SANPUKAT dan Cristo Re dipersilakan menuju lokasi. Di sana anak-anak telah berbaris rapi menanti hadiah dari Yayasan Adaro Bangun Negeri. Acara dimulai dengan sambutan. Sambutan pertama datang dari kepala sekolah SDK Kewapante. Dengan penuh semangat di depan mikrofon, ia berkata: “ Kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada Adaro Bangun Negeri atas sumbangan alat tulis sekolah yang luar biasa ini. Terima kasih juga SANPUKAT serta Cristo re yang akan membagikannya. Bantuan ini sangat berarti bagi kami, karena alat tulis ini tidak hanya akan memberikan dukungan fisik, tetapi juga memberikan semangat dan motivasi bagi para siswa dalam menjalani proses belajar mereka. Setiap tas, pensil dan buku yang diberikan adalah simbol perhatian dan kepedulian terhadap pendidikan anak-anak di sekolah kami”
Lalu acara dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan SANPUKAT, perwakilan ADARO hingga momen yang paling dinantikan oleh anak-anak yakni pembagian alat tulis yang terdiri dari tas, buku, pensil, dan perlengkapan tulis lainnya. Satu per satu, anak-anak diberikan paket alat tulis (ATS). Mata anak-anak berbinar ketika menerima alat tulis baru, simbol kecil tapi penuh arti dari dukungan terhadap pendidikan mereka.
Tak berhenti di situ, Tim Sanpukat dan Cristo Re melanjutkan perjalanan menuju SDK Geliting, yang tak jauh dari SDK Kewapante. Jalan yang mulus membawa mereka ke sekolah kedua. Kali ini penerimaan terasa berbeda. Para siswa dan guru sudah siap dengan huler wair dan tarian adat. Anak-anak yang mengenakan kain tenun berwarna-warni tampak lincah menari di halaman sekolah, sementara kepala sekolah berdiri di barisan depan, menyapa Tim SANPUKAT dan Cristo Re dengan senyuman tulus.
Ruangan khusus disiapkan untuk Tim Sanpukat dan Cristo Re, tempat mereka beristirahat sejenak setelah perjalanan. Di dalam ruangan itu, guru-guru duduk rapi berpakaian adat, sementara anak-anak tampak khidmat, duduk melantai dengan penuh harapan. Acara berlangsung dengan terstruktur, diiringi sambutan-sambutan dari kepala sekolah, perwakilan SANPUKAT, dan Perwakilan Adaro Bangun Negeri. Perwakilan Adaro Bangun Negeri Ignatius Iryanto berkata: “pembagian ATS ini adalah dukungan nyata ADARO bagi anak-anak kita untuk meraih cita-cita mereka”.
Setelah itu, karung yang berisi ATS pun dibuka dan ATS pun dibagikan kepada anak-anak. Suasana yang sebelumnya Khidmat sekejap menjadi riuh. Sorak gembira pun tak terhindarkan, ketika anak-anak menerima paket mereka. Tangan-tangan kecil yang semula penuh harap kini memegang pensil, buku, dan tas dengan penuh kebanggaan dan kegembiraan.
Usai pembagian ATS di SDK Geliting, Tim SANPUKAT dan Cristo Re pamitan melanjutkan perjalanan. Destinasi terakhir hari itu adalah SDK Nangaheladoi. Sekolah yang terletak di pinggir jalan negara ini menyambut Tim SANPUKAT dan kampus Cristo Re dengan cara yang penuh kehangatan dan kearifan lokal. Irama gendang tradisional mulai terdengar, diiringi oleh tarian adat yang penuh warna dan semangat tatkala kendaraan Tim SANPUKAT dan Cristo Re perlahan berhenti di depan gerbang. Sementara itu, anak-anak sekolah dengan pakaian tradisional, menari dengan luwes di depan gerbang sekolah,
Dengan senyum menghiasi wajah mereka, tim SANPUKAT dan Cristo Re diantar oleh para guru menuju ruang guru yang sederhana namun penuh kehangatan. Di sana, tawa kecil dan obrolan ringan pun mengisi ruangan. Sekedar mengambil jeda agar para guru dapat menyiapkan anak-anak dan alat tulis yang akan dibagikan.
Setelah persiapan itu selesai, acara pun dimulai.Di bawah rindangnya pohon beringin yang menaungi halaman sekolah, anak-anak mendengarkan sambutan demi sambutan . Dari sambutan kepala sekolah hingga sambutan dari perwakilan ADARO BANGUN NEGERI. Pada kesempatan itu, Staf SANPUKAT Romi Romario berkata: “Hari ini, kami datang bukan hanya membawa tas dan alat tulis dari ADARO BANGUN NEGERI, tetapi juga membawa harapan. Harapan bahwa setiap anak di sini akan terus berani bermimpi dan belajar, meskipun berada di desa yang jauh dari perkotaan. Kami percaya bahwa pendidikan adalah pintu menuju masa depan yang lebih cerah, dan dengan dukungan bersama, kalian semua akan mampu mencapai hal-hal luar biasa. Terima kasih banyak ADARO BANGUN NEGERI”.
Ketika sambutan-sambutan berakhir, tibalah momen yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak yakni pembagian alat tulis sekolah (ATS). Tangan-tangan kecil mereka menerima tas itu dengan hati yang besar, seolah-olah tas itu adalah pintu menuju impian mereka yang lebih besar. Wajah-wajah penuh sukacita menyebar di bawah pohon beringin itu, di mana tawa dan senyuman memenuhi udara.
Namun, suasana di SDK Nangaheladoi kali ini lebih bercampur aduk. Ada anak-anak yang berseri-seri menerima bantuan, namun ada juga yang tampak sedih karena tidak termasuk dalam daftar penerima. Kesedihan kecil terlihat jelas di sudut ruangan berharap ADARO akan kembali mengunjungi mereka, namun kesedihan segera diredam oleh penghiburan dari para guru yang dengan sabar menenangkan
Setelah pembagian selesai, Tim Sanpukat bersama Cristo Re menikmati makan siang bersama para guru. Di ruang sederhana, dengan dinding bercat pudar dan meja kayu tua, mereka berbagi kisah dan tawa. Keakraban terasa hangat, meski mereka datang dari latar yang berbeda. Para guru di SDK Nangaheladoi, yang sudah bertahun-tahun mendidik anak-anak di pedesaan, berbagi kisah perjuangan mereka. Rendahnya kesejahteraan guru dan minimnya fasilitas tak mematahkan semangat mereka untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak.
Perjalanan hari itu mungkin terlihat sederhana. Tapi Ini adalah perjalanan untuk menyalakan harapan, sebuah usaha kecil untuk menjembatani kesenjangan antara kota dan desa, antara mereka yang punya dan mereka yang belum memiliki. Bagi anak-anak di SDK Kewapante, SDK Geliting, dan SDK Nangaheladoi, alat tulis yang mereka terima bukan sekadar benda mati. Itu adalah simbol bahwa pendidikan mereka dihargai, bahwa masa depan mereka tak diabaikan. (Christian Romario)