Ketika orang berbicara tentang pelukis-pelukis dunia. Ingatan orang akan tertuju pada nama-nama legendaris berikut seperti Michelangelo, Salvador Dali, Raphael, Oscar-Claude Monet, Pablo Picasso, Vincent van Gogh, Leonardo da Vinci, dan Rembrandt. Michelangelo akan selalu diingat lewat lukisannya yang berjudul ‘The Creation of Adam’ yang tertempel pada langit-langit Kapel Sistina. Lain halnya lagi dengan Salvador Dali, seorang pelukis surealis yang dipengaruhi oleh gagasan Sigmund Freud. Lukisannya yang populer berjudul ‘The Persistence of Memory’. Pelukis lainnya yakni Raphael. Pelukis realistis tersebut terkenal lewat lukisannya yang berjudul ‘Potret Paus Leo X’. Sementara itu, Oscar-Claude Monet adalah pelukis dari aliran impresionisme. Lukisan legendarisnya berjudul ‘Impression, Sunrise’ yang disimpan di Museum Marmottan Monet, Prancis. Sedangkan lukisan kontroversial yang berjudul ‘Les Demoiselles d’ Avignon’ akan membawa orang mengenali pelukisnya yakni Pablo Picasso. Selain itu, ada juga Vincent van Gogh yang masyur dengan lukisannya tentang pekerja di kebun anggur yang berjudul ‘ The Red Vineyards near Arles’. Tidak kalah populer yakni Leondardo da Vinci. Lukisannya yang berjudul ‘Mona Lisa’ digelari sebagai mahakarya renaisans Italia dan kini tersimpan di Museum Louvre, Prancis. Akhirnya, Rembrandt adalah pelukis yang tidak boleh dilupakan. Lukisannya yang sangat religius berjudul ‘Kembalinya Anak yang Hilang’
‘Kembalinya Anak yang Hilang adalah salah satu dari sekian banyak lukisan yang patut direfleksikan karena di dalam lukisan itu, Rembrant Harmenszoon van Rijn memperkenalkan sosok Allah yang berbelas kasih. Rembrandt membuat lukisan ‘Kembalinya Anak yang Hilang’ pada tahun 1669. Kemudian, pada tahun 1776, lukisan itu menjadi milik Catharina Agung dan tersimpan di pertapaan Saint Petersburg. Dalam lukisan ‘ kembalinya Anak yang Hilang’, Rembrandt melukis seorang pria lanjut usia yang dikelilingi oleh empat orang dengan posisi tubuh yang berbeda. Ada yang posisi berdiri, ada yang posisi duduk, ada yang posisi mengintip, dan ada sosok yang berlutut. Namun, keanehan dalam lukisan ini yakni bahwa Rembrandt menggambar sosok pria yang lanjut usia dengan bentuk tangan yang berbeda. Tangan kiri lebih kasar menyerupai tangan laki-laki. Sebaliknya, tangan sebelah kanan nampak lebih halus menyerupai tangan seorang perempuan. Tentu saja, Rembrandt menggambar bentuk tangan yang berbeda secara sengaja demi mengungkapkan sebuah pesan.
Pesan tersebut dapat ditelusuri dengan membuka Kitab Suci. Hal ini karena lukisan berjudul ‘kembalinya anak yang hilang’ dibuat oleh Rembrandt terinspirasi dari injil Lukas 15:11-32. Lukas 15:11-32 berisikan perumpamaan Yesus tentang “anak yang hilang”. Dalam perumpamaan Kitab Suci tentang anak yang hilang, Yesus menggambar sosok anak bungsu yang hidup atas dasar keinginan, keegoisan, dan kenikmatan duniawi. Landasan hidup yang demikian membuat anak bungsu meninggalkan rumah dan meninggalkan bapanya. Anak bungsu pergi merantau, hidup berfoya-foya dengan warisannnya, dan menghabiskan hari-hari hidupnya dengan keinginan dan kenikmatan duniawi. Keinginan dan kenikmata duniawi membuat anak bungsu tidak hanya meninggalkan rumah bapanya, tetapi juga benar-benar hilang dari kehidupan Bapanya. Alhasil, jebakan keinginan dan kenikmatan duniawi membuat anak bungsu jatuh dalam masalah dan penderitaan. Pada saat mendapat masalah dan menderita, anak bungsu ingat akan kebaikan hati bapanya dan memutuskan untuk kembali ke rumah, untuk kembali kepada bapanya. Bapanya yang melihat kedatangan anak bungsu bukannya mempersoalkan kesalahan anak bungsu. Malahan sebaliknya, sang bapa memberikan cincin kepada anak bungsu. Dalam tradisi Yahudi, cincin merupakan simbol keputraan. Hal itu berarti bahwa sang bapa sungguh-sungguh menerima anak bungsu dan membaharui hubungan keduanya.
Perumpamaan anak yang hilang merupakan perumpamaan yang dipakai oleh Yesus untuk mengajar umatnya bahwa keinginan dan kenikmatan duniawi yang dikejar secara berlebihan akan membuat manusia meninggalkan Allah. Dan pada saatnya, keingnan dan kenikmatan duniawi yang berlebihan mengakibatkan manusia mengalami persoalan hidup dan penderitaan. Namun, ketika manusia bertobat dan beralih dari kehidupan yang berlandaskan keinginan dan kenikmatan duniawi kepada hikmat Allah, maka Allah senantiasa menerima manusia dengan penuh kasih. Tanpa mempersoalkan kesalahan manusia, Allah berinisiatif membaharui hubungan manusia dengan-Nya yang telah hilang akibat dosa.
Atas dasar itu, maka dapat diketahui bahwa dalam lukisan Rembrandt, sosok yang berlutut adalah simbolisasi anak yang hilang dari perumpamaan Yesus. Sosok yang berlutut dalam lukisan Rembrandt nampaknya tidak memakai sepatu demi mengungkapkan ketakpantasannya dan harga dirinya yang hilang dihadapan Allah. Hal ini diketahui lewat tradisi Yahudi yang memandang penggunaan sepatu sebagai simbol harga diri dan kemakmuran. Adapun, situasi yang dihadapi oleh sosok yang berlutut dalam lukisan Rembrandt sejatinya mengungkapkan jati diri manusia. Manusia yang telah berdosa dihadapan Allah dengan sendrinya akan merasa tidak pantas dihadapan Allah, merasa tidak pantas untuk berdoa memohon kepada Allah.
Namun, perasaan manusia tidak sama dengan kehendak Allah. Belas kasih Allah selalu setia sekalipun manusia tidak setia terhadap-Nya. Dengan belas kasih, Allah akan menerima manusia yang kembali kepada-Nya. Allah akan menerima manusia bertobat dan beralih dari gaya hidup lama yang buruk kepada gaya hidup baru yang baik. Hal itu diungkapkan Rembrandt lewat lukisannya yang mana dalam lukisan ‘kembalinya anak yang hilang’, ada sosok pria lanjut usia sedang merangkul figur yang berlutut. Hanya saja Rembrandt menambahkan bahwa Allah menerima manusia yang bertobat dengan kasih seorang bapa sekaligus kasih seorang ibu. Rembrandt memperlihatkan hal itu lewat lukisan jari pria yang lanjut usia. Pada bentuk jari di sebelah kiri menyerupai tangan pria dan pada bentuk jari di sebelah kanan nampak lembut menyerupai tangan wanita. Dengan demikian, melalui lukisannya, Rembrandt menggambarkan sosok Allah sebagai Bapa bijaksana yang menguatkan hati manusia yang bertobat dan Allah sebagai sosok ibu yang mengasihi manusia yang bertobat dengan penuh kelembutan. Begitulah simbolisasi belas kasih Allah yang diungkapkan Rembrandt lewat lukisannya yang berjudul ‘ Kembalinya Anak yang Hilang’. (oleh Christian Romario).