Lonceng bisa jadi merupakan hal yang biasa bagi sebagian orang. Tetapi, bagi sebagian orang, lonceng memiliki tempat khusus. Richard Phelps termasuk salah satu di antara orang-orang yang punya perhatian pada sebuah lonceng. Dia dikenal sebagai sosok yang pernah membuat Great Tom, Lonceng besar yang pernah menghiasi Kathedral St. Paul London. Bahkan pada tubuh lonceng itu, ada tertulis: “Richards Phelps yang membuat saya”.
Namun tidak hanya Richard, Edgar Allan poe termasuk sosok yang menyukai lonceng . Kendatipun Edgar tak dapat membuat lonceng tapi dia mampu menghadirkan lonceng dalam baris-baris sajak The Bells. The bells diyakini ditulis, pada tahun 1848, oleh penulis terkenal Amerika Edgar Allan Poe. Tidak ada yang tau pasti dentingan lonceng manakah yang menginspirasi sang penyair. Mungkin saja menara lonceng Gereja di Universitas Fordham yang memikatnya. Bisa juga tidak. Cuma Edgar yang tahu persis. Namun sajak lonceng dalam The Bells cukup kuat mendeskripsikan fase kehidupan manusia. Bagi Edgar Allan Poe, kehidupan manusia ibarat loceng perak pada kereta luncur. Itulah saat kehidupan diliputi kegembiraan yang berkelap kelip.
Hear the sledges with the bells-
Silver bells
What a world of merriment their melody foretells
Lain waktu lagi kehidupan lebih menyerupai lonceng pernikahan yang dilapisi emas. Itulah saat dimana seseorang melihat masa depan dengan sangat positif dan optimis sehingga menciptakan kebahagiaan. Tak ada keraguan sedikitpun untuk mencapai masa depan dan tua bersama orang yang dicintai.
Hear the mellow wedding bells ,
Golden bells
What a world of happiness their harmony foretells
Pada waktu tertentu, kehidupan dialami sebagai lonceng alarm yang kurang ajar. Itulah saat dimana kehidupan dialami sebagai terror dan turbulensi. Ada rasa putus asa berhadapan dengan konflik yang datang dari dalam diri maupun dari orang lain.
Hear the loud alarm bells
Brazen Bells
What tale of tero, now, their turbulency tells
Selain itu, terkadang kehidupan dalami sebagai lonceng besi. Itulah saat orang mengalami ketakutan dan kegelisahan dalam dirinya sendiri karena penindasan.
Hear the tolling of the bells
Iron bells
What a world of solemn thought their monody compels
Edgar Allan Poe membuat orang mengerti tentang bentuk kehidupan lewat analogi The bells. Banyak hal dapat orang pelajari dari The Bells. Bahwa Sewaktu-waktu suara lonceng akan bergantian dalam hidup sesorang dan tidak pernah sama untuk semua orang. Ada kalanya suara lonceng perak bisa berubah menjadi suara lonceng alarm yang kurang ajar. Suatu hidup yang penuh kegembiraan berubah menjadi hidup yang penuh turbulensi. Barangkali hal ini juga dialami oleh Adam dan Hawa dalam pengusiran di taman eden. Kisah taman Eden, dalam beberapa aspek, berkisah tentang perubahan hidup manusia pertama dari berkat menjadi kutukan. Dalam analogi The Bells, perubahan itu ibarat suara lonceng perak menjadi suara lonceng kurang ajar. Di Taman Eden, Adam dan Hawa diberikan kebebasan untuk menikmati segala kelimpahan yang diberikan Allah. Hanya perintah Tuhan agar pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tidak boleh dimakan. Alhasil, sampai sebelum kedatangan ular, Adam dan hawa hidup selaras perintah Allah ibarat keduanya menikmati suara lonceng perak di taman eden. Namun kegembiraan mulai hilang ketika hawa mendengarkan bisikan ular dan Adam mendengarkan perkataan Hawa. Itulah saat kedua suami dan istri itu merasakan turbulensi di taman Eden bagaikan mendengarkan suara alarm di tengah kelimpahan . Adam mempersalahkan perkataan hawa dan hawa mempersalahkan bisikan ular. Saling mempersalahkan menghilangkan personalitas keduanya. Keduanya tidak lagi melihat kesalahan yang ada di depan mata. Padahal pengusiran di taman Eden terjadi bukan karena bisikan ular atau perkataan hawa, tetapi karena tidak mendengarkan suara Tuhan. Tidak mendengarkan suara Tuhan mengakibatkan Adam kehilangan Eden, manusia kehilangan berkat. Pengusiran di taman Eden memang bukan kisah historis, tetapi di taman eden, orang belajar bahwa sejak awal Allah telah memberikan berkat. Sisanya adalah keputusan bebas manusia ( liberium albitrium). Entah mau mendengarkan suara lonceng perak Jingle bell. Entah mau mendengarkan lonceng alarm yang kurang ajal.