Keinginan adalah gambaran nyata dari pengalaman manusia. Ada manusia yang senyata-nyatanya bertindak sesuai keinginannya. Ada manusia yang senyata-nyatanya berbicara sesuka keinginannya. Keinginan cenderung subjektif karenanya macam-macam saja keinginan manusia. Bahkan pernah muncul sajak ingin hidup seribu tahun. Pada tahun 1943, Chairil Anwar menuliskan sajak ‘’Aku”. Di ujung sajaknya tertulis : Hingga hilang pedih peri / Dan Aku akan lebih tidak peduli/ Aku mau hidup seribu tahun lagi.
Tak ada yang salah dengan ‘Aku mau hidup seribu tahun lagi’. Mungkin karena keinginan itu hanya ungkapan artistik yang menghiasi sajak sehingga kurang perlu mempersoalkan kebaikan ataupun keburukannya. Barangkali yang perlu dipersoalkan adalah keinginan untuk memiliki barang-barang duniawi semisal uang dan kekayaan yang telah menjadi motivasi internal dan orientasi praktis.
Sebagai orientasi praktis, adakalanya keinginan terhadap uang dan kekayaan memicu tindakan yang baik. Tetapi adakalanya orientasi pada uang dan kekayaan memicu tindakan yang buruk dan malapetaka. Barangkali Raja Midas dari Firgia banyak memberi pelajaran untuk itu. Dalam sastra Yunani, Raja Midas terkenal sebagai orang yang sangat menginginkan emas. Bahkan, ketika dewa anggur Dionysus menanyakan permintaannya, sang raja menjawab agar segala sesuatu yang disentuhnya berubah menjadi emas. Raja Midas tak berpikir panjang. Raja Midas tak tahu malapetaka yang menantinya. Dionysus mengabulkannya. Dan keesokan harinya, tempat tidur, pakaian, dan apa saja yang disentuh sang raja benar-benar menjadi emas. Malangnya putrinya pun menjadi emas karena menyentuh sang raja. Beruntung Dionysus masih berbelas kasih pada Midas dari Firgia dan mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Raja Midas dari Firgia menjadi simbol keinginan akan emas yang berakhir dengan keburukan.
Tak hanya Midas dari Firgia. Zaman ini pun masih menyisahkan cerita-cerita tentang sejumlah orang yang mati-matian menginginkan uang dan kekayaan sampai-sampai menggelapkan dana haram. Begitulah korupsi dinamakan. Korupsi mengekalkan berdaulatnya uang atas manusia
Raja Midas dari Firgia dan sejumlah kasus korupsi adalah riwayat irasionalitas dari keinginan tak terkendali akan uang dan kekayaan. Mungkin itu yang membuat orang tidak pernah puas. Orang terus menerus mengejar uang, terus menerus mengejar kekayaan, hingga berujung keserakahan. Inilah momen ketika nilai materialistik menggantikan nilai etis dan religius, ketika uang menggantikan kebenaran, dan ketika Raja Midas dari Firgia mengubah putrinya menjadi patung emas.
Rasa-rasanya keinginan tak terkendali terhadap uang dan kekayaan datang dari cinta yang salah arah. Dalam Plato and Agustine yang diedit oleh Hannah Arendt, Karl Jaspers nampak jelas menunjukkan hubungan cinta dan keinginan yang dimaksudkan oleh Agustinus. Agustinus mamandang bahwa keinginan merupakan perwujudan dari cinta, Love is desire. Berhadapan dengan keinginan, orang akan berjuang untuk memilikinya. Perjuangan itu bisa berakhir dengan tindakan terpuji. Tapi bisa juga berakhir dengan tindakan yang tidak bertanggungjawab dan tercela. Karena itu, cinta turut mempengaruhi tindakan.(Karl Jaspers, 1962)
Raja Midas dan para koruptor jatuh dalam tindakan yang tidak bertanggungjawab karena mereka terlalu cinta hal-hal duniawi (Cupiditas). Mereka terlalu tergila-gila terhadap emas dan uang demi dirinya sendiri. Menurut Agustinus sebagaimana diterangkan oleh filsuf eksistensialis Karl Jaspers, cinta hal-hal duniawi (Cupiditas) mengalami penyimpangan ketika tidak ditujukan pada Tuhan, ketika tidak diarahkan sesuai kehendak Tuhan.(Karl Jaspers, 1962). Keinginan Midas dari Firgia dan para koruptor untuk memiliki emas dan uang berakhir dengan tindakan negatif, karena mereka mencintai hal-hal duniawi tanpa mencintai Tuhan. Padahal dengan mencintai Tuhan, orang akan melihat yang baik dan melakukan yang benar.
Memang tak ada salahnya menginginkan hal duniawi semisal uang ataupun kekayaan. Hanya saja cinta terhadap hal-hal duniawi mesti diwujudkan demi cinta kepada Tuhan supaya tidak ada yang tergila-gila, supaya tidak ada yang menyimpang. (Christian Romario)
Pustaka
Jaspers, Karl. (1962). Plato And Agustine. (Ralph Manheim, terjemahan) New York: A. Helen and Kurt WolffBook.
Zaman ini pun masih menyisahkan cerita-cerita tentang sejumlah orang yang mati-matian menginginkan uang dan kekayaan sampai-sampai menggelapkan dana haram. Begitulah korupsi dinamakan. Korupsi mengekalkan berdaulatnya uang atas manusia. Kehidupan sekarang banyak yang Tidak memandang Tuhan karena memiliki Kekayaan dan harta Yang melimpah . Hanya saja Tuhan Yesus Sangatlah Penting Untuk setiap Perjalanan Kehidupan Manusia . Jadi andalkan Tuhan dalam segala Hal .
Banyak orang tergoda untuk tidak memandang Tuhan karena kesibukan dan kekayaan yang melimpah dalam kehidupan mereka. Ini bisa menjadi masalah spiritual yang serius karena kecenderungan untuk bergantung pada kekayaan dan harta materi sering kali mengaburkan pandangan akan hal-hal rohani. Tetapi sudah seharusnya orang beriman mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Tidak hanya tentang meminta perlindungan dan bantuan-Nya dalam situasi-situasi sulit, tetapi juga tentang membentuk pikiran dan tindakan kita sesuai dengan ajaran-Nya