Pagi yang cerah di ruang pertemuan SATUNAMA, SANPUKAT dan peserta kegiatan mobilising support berkumpul kembali mengikuti pelatihan hari kedua. Sekitar pukul08.30 WIB semua peserta terlibat dalam ice breaking yang difasilitasi oleh Iin SATUNAMA. Aktivitas ini berhasil mencairkan suasana, membuat semua orang merasa lebih nyaman dan siap untuk berpartisipasi aktif dalam sesi identifikasi kemungkinan solusi.
Setelah suasana menjadi lebih santai, Iin SATUNAMA mengajak peserta untuk menonton sebuah video inspiratif.Video ini menampilkan bagaimana ide-ide besar bisa diwujudkan melalui perencanaan yang matang dan tindakan yang tepat. Hal itu membuat wajah-wajah peserta nampak terinspirasi dan mulai membayangkan bagaimana mereka bisa menerapkan konsep ini dalam konteks mereka masing-masing.
Bayangan-bayangan peserta semakin nampak jelas dan mudah ketika Yohana mengambil alih sesi pertemuan untuk menjelaskan tentang mobilising support. “Mobilising support adalah proses sistematis untuk mempengaruhi kebijakan, praktik, dan perilaku pemangku kepentingan”, ucap fasilitator Yohana dengan penuh kepercayaan diri. Yohana menguraikan hal-hal penting dalam mobilising support, seperti identifikasi masalah sosial, penentuan tanggapan, mempengaruhi pihak lain, dan perancangan solusi. Lalu, Yohana mengajak peserta untuk berdiskusi tentang taktik mobilising support. Peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan dan mengklasifikasikan strategi-strategi MS ke dalam tiga kategori utama: berjejaring, follow-up, dan mediasi. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan dan dibahas bersama.
Diskusi semakin mendalam dengan sesi tanya jawab yang antusias. Heri dari Yayasan Tana Nua mengajukan pertanyaan tentang penggunaan kekerasan jika semua cara lain gagal. Namun Yohana dengan tegas menjelaskan bahwa kekerasan tidak boleh digunakan. Ia menekankan pentingnya menjaga etika dan menghindari aktivitas yang melanggengkan kekerasan. Kata Yohana: “Keberhasilan mobilising support sangat bergantung pada aktualisasi prinsip-prinsip mobilising support yakni kredibilitas, legitimasi, akuntabilitas, layanan, dan basis kekuasaan yang dimiliki oleh lembaga.Yohana juga mengajak peserta untuk berbagi pengalaman mereka terkait prinsip-prinsip MS. RD. Kanis dari Unika berbagi tentang perjalanan Unika dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip ini, sementara Aven dari Sankita bercerita tentang dorongan mereka untuk lahirnya peraturan pemerintah tentang isu disabilitas.
Akhirnya, SANPUKAT dan peserta lainnya memasuki sesi akhir pertemuan hari ini yang mana Yohana mengajak peserta untuk berdiskusi tentang langkah-langkah mobilising support. Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk mengurutkan langkah-langkah mobilising support yang benar melalui diskusi bersama dan hasilnya dipresentasikan dan dikoreksi bersama. Yohana menegaskan bahwa langkah mobilising support yang benar yakni identifikasi masalah, analisis masalah, analisis konteks, strategi, perencanaan, penentuan posisi, penyampaian pesan, dan evaluasi. Memang langkah-langkah yang dijelaskan menciptakan respons yang beragam dari para peserta. Namun Ariwan Perdama dari SATUNAMA menjelaskan bahwa langkah-langkah mobilising support merupakan panduan yang baik untuk lembaga dan berbeda dari langkah-langkah pelaksanaan program. “langkah-langkah mobilising support lebih berfokus pada institusi”, kata Ariwan Perdana
Kegiatan berakhir pada pukul 17.30 WIB dan diakhiri dengan komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip dan langkah-langkah mobilising support dalam organisasi masing-masing. Peserta pulang dengan semangat baru dan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk perubahan sosial yang positif. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga membangun jaringan dan solidaritas di antara peserta. (Romi Romario)